APA SIH ARTINYA CINTA ITU???

Woy kawand-teman, akhir-akhir ini gue bingung apakah cinta itu? Dan apakah wanita itu cinta?”, sebuah pertanyaan tulus dari lubuk hati pun menyeruak ke luar, meminta sebuah jawaban.

“Oh sahabatku, cinta adalah sesuatu pengorbanan. Cinta adalah bukan suatu hubungan atau relasi. Cinta adalah sesuatu yang akan terus memberi, memberi, dan memberi. Dan wanita adalah bukan cinta.”, Sang otak yang dikenal rasionalis dan menolak segala sesuatu yang tak berakal mencoba menjawab kegundahan sahabatnya, sang hati.
“Aku tak paham dengan yang engkau bicarakan, teman.”, hati pun tak puas dengan jawaban sang otak, “bagaimana mungkin cinta adalah bukan suatu hubungan?Selama ini aku mencintai, dan itu merupakan suatu perasaan memiliki, memelihara, dan kasih sayang. Selama ini aku kira cinta adalah sesuatu keinginan untuk memiliki dan memelihara.” Hati selalu melihat segala sesuatu dengan perasaan semata. Rasionalitas baginya adalah sesuatu yang tak pernah ia mengerti, bagaimana seseorang bertindak dan melakukan sesuatu yang tak pernah ia inginkan. Baginya itu adalah penderitaan dan penyiksaan. Ia tak pernah tahu kenapa Tuhan menciptakan otak untuk mengatur semuanya bukannya dia.
“Sahabat”, kata si Otak, “semua yang dilihat mata, aku yang pertama tahu, semua yang didengar telinga, aku yang pertama tahu, semua yang dilakukan tangan dan kaki aku yang memerintahkannya, semua yang dimakan mulut, aku yang memerintahkannya. Tapi apa yang kau rasakan dan kau risaukan bukan aku yang memerintahkannya bahkan beberapa diantaranya tak pernah aku tahu. Kalau aku bilang cinta itu pengorbanan berarti itu benar adanya. Cinta yang kau katakan itu hanya nafsu semata, itu hanya perasaan. Nafsu dan perasaan adalah tidak baik.”
“Otak temanku, memang kau yang memerintahkan segalanya. Tapi ingatlah, Tuhan menciptakan aku untuk mengawasi dan membimbingmu. Tak semua hal harus dilakukan dengan pertimbangan rasionalitas, kadang perasaan lebih tepat untuk itu.”
“Hati, sahabatku. Kau adalah penenang. Kau tak lebih dari pujangga. Apakah kau ingat, saat kau selalu mengiginkan aku memikirkan gadis itu, aku lakukan itu. Lalu kau ingin aku katakan apa yang aku pikirkan kepadanya, dan aku lakukan itu juga. Lalu apa yang terjadi?”, nada si Otak pun semakin meninggi, “Akhirnya kau juga yang sakit. Kini kau terus menerus mengeluh, dan keinginanmu semakin tak rasional saja. Tangan, kaki, mulut, mata, dan telinga menjadi sedih karenamu. Lalu aku memenuhi keinginanmu yang tak rasional itu. Lalu apa akhirnya? Gadis itu hanya semakin menyakitimu. Maka aku katakan cinta adalah pengorbanan, bukannya kasih sayang atau saling memiliki. Bukankah itu benar, sahabat?”
“Oh teman, maafkanlah aku.”, kata si Hati dengan penyesalan yang tulus. “Tapi semua itu sudah terlanjur terjadi. Kini aku selalu bersedih karenanya. Dan aku tak pernah bisa untuk berhenti menyuruhmu memikirkannya. Aku selalu merasa kalau mawar yang paling indah selalu dipenuhi duri. Bagaimanakah itu temanku?”
“Dalam hal ini kau memang benar sahabat. Secara rasional semakin berharga sesuatu semakin banyak pengorbanan untuk meraihnya. Tapi tahukah kau, apa yang kau inginkan itu terlalu banyak pengorbanannya. Aku takut kau tak sanggup untuk menanggungnya.”, sang Otak menasehati Hati.
“Tahukah kau perasaanku sekarang, aku lebih baik berkorban segalanya daripada tak bersamanya. Maafkan aku Otak, temanku. Aku memang tak rasional tapi itu adalah ungkapan kasih sayang yang tak bisa di sandarkan pada sikap rasional sama sekali. Maukah kau melakukannya untukku?”
“Lalu bagaimana jika gadis itu tetap tak menerima semua pengorbananmu itu, sedangkan kita sudah tak punya apa-apa lagi untuk diberikan?”
“Mungkin jika saat itu tiba, aku akan menjadi sepertimu, mendewakan rasionalitas. Semua pertimbangan akan aku rasakan sebagai pertimbangan untung rugi semata.”, kata sang Hati dengan ketulusan dan kejujuran Tuhan semesta alam.
“Baiklah, aku akan melakukan apa yang kau minta demi tegaknya rasionalitas!


Artikel Yang Berhubungan



0 komentar:

Posting Komentar